Mendung

Aku tau hidup ini penuh dengan warna. Setiap harinya dihiasi dengan berbagai cerita. Seperti langit yang tidak selalu cerah. Seperti malam yang juga tidak selalu kelam. Kadang langit cerah berwarna biru membuat siapa saja yang memandangnya turut bahagia. Kadang langit berwarna putih bersih tak bernoda. Kadang langit berubah menjadi abu tetapi tidak menitikkan air ke muka bumi ini. Dan kadang langit juga dengan cepat menghitam disertai petir yang menggelegar.

Hari ini langit memang terlihat cerah. Suasana di sekolah dan anak-anak juga sangat ceria. Tapi sayangnya tidak dengan kamu. Langitku yang terlihat mendung pagi tadi. Langitku yang seringkali tak kusadari tiba-tiba berubah. “Kamu kenapa?” Ingin sekali kubertanya padamu dengan harapan ada sepotong jawaban yang menenangkan. Tapi bukan saatnya. Dan seperti biasa kamu pasti hanya akan menjawab ” Aku tidak apa-apa”. Lalu Diam.

Suasana itu kita lalui beberapa kali. Suasana yang tidak bisa tidak mempengaruhi perasaanku. Karena aku paling tidak bisa didiamkan. Terlebih oleh kamu orang terdekat dalam hidupku saat ini.

Aku berusaha untuk tetap bersikap seperti biasa di hadapanmu. Melayanimu semampuku. Menghormatimu dan menghargaimu. Kamu juga berusaha bersikap baik-baik saja di hadapanku. Meski aku tidak bisa dibohongi oleh sikapmu. Kamu telah berusaha untuk tetap sabar menghadapiku di tengah badai amarah dan kecewa yang mungkin sedang melanda hatimu. Lalu apa yang harus aku lakukan?

Menunggu badai dihatimu mereda atau membujukmu dengan kata yang manis. Atau melayanimu lebih dari biasanya. Pelayanan yang kamu inginkan sebagai seorang suami. Pelayanan yang harus aku lakukan layaknya seorang istri. Seorang istri yang kamu harapkan.

Maaf. Aku belum bisa menjadi seperti yang kamu mau. Sedihku ini bukanlah tanggung jawabmu. Dan aku juga tidak ingin menambah beban perasaan dan pikiranmu. Aku hanya bisa berdoa. Doaku selalu untukmu.

Semoga kamu baik-baik saja suamiku. Semoga kamu selalu dilindungi oleh Allah. Diberikan kesabaran yang luas. Menjadi sebaik-baik lelaki dan pemimpin keluarga. Suami yang sholeh. Yang tulus dan penyayang. Bertanggung jawab dan tidak pernah putus asa menggapai ridho Allah. Semoga Allah karuniakan kelapangan hati atas segala perasaan yang tengah kamu rasakan. Maafkan aku. Suamiku.

Keputusan

Hidup selalu memberikan pilihan untuk kita yang memaksa kita untuk mengambil satu keputusan. Kadang pilihan yang disuguhkan adalah pilihan yang mudah dan menyenangkan. Tapi kadang pilihan yang ada terasa membingungkan dan sulit untuk menentukan.

Aku selalu berusaha menghargai setiap keputusan yang kuambil. Baik itu keputusan yang berat maupun keputusan yang mudah. Namun, sekarang aku teringat akan satu keputusan yang kuambil.

Kemarin, aku mengikuti seleksi PPG Prajabatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah secara gratis. Menurutku, ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk mendukung karir dan menambah pengetahuan serta kemampuanku dalam bidang akademis. Awalnya aku bertekad untuk ikut dan sudah memohon izin suami serta orang tua. Namun, di tengah perjalanan seleksi. Allah karuniakan rezeki yang sangat berharga untukku. Untuk kami. Bakal buah hati kami hadir dengan ridhoNya. Alhamdulillah.. Allah Maha Baik.

Jujur, saat ini hatiku masih agak berat dengan keputusanku yang tidak melanjutkan seleksi PPG Prajabatan. Di sisi lain ada keinginan dalam diriku untuk menggapai cita yang mungkin lewat jalan ini aku bisa meraihnya. Meski hanya Allah saja yang tau apa yang terbaik untuk hambaNya. Kadang yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah dan aku selalu percaya bahwa apa yang menurut Allah baik untuk kita pasti itulah yang terbaik untuk kita.

Meski belum sepenuhnya ikhlas.. semoga kedepan aku bisa benar-benar lega menerima keputusanku sendiri. Dan semoga Allah tunjukkan jalan terbaik untukku menuju sukses. Sukses yang ingin kupersembahkan untuk kedua orang tuaku.

Ya Allah mampukan aku , mudahkan jalanku , luruskan niatku, bulatkan tekadku, giatkan kerjaku, lancarkan segala usaha dan urusanku.. agar setiap langkahku selalu dalam ridho suamiku. Agar apapun yang aku usahakan tidak mengurangi tanggung jawabku sebagai seorang istri. Karena akupun ingin menjadi istri yang baik.

Sekarang , aku harus bangkit untuk masa depanku. Aku harus mempersiapkan semuanya untuk bekalku. Aku harus belajar agar bisa jadi ibu yang baik dan terbaik untuk anakku. Menjaganya, mengasihinya, mendidiknya dan membersamai tumbuh kembangnya.

Ya Allah hilangkan segala ketakutan dan keraguan yang menyelimuti hatiku. Mampukan aku untuk bersabar dan ikhlas dengan segala ketetapanMu. Tolong bimbing hamba Ya Allah.. Tiada pertolongan dan petunjuk yang datang selain dariMu.

Semoga teman-teman yang lulus PPG Prajabatan sukses selalu kedepannya. Semoga hatiku diberi kelapangan dan kebahagiaan serta ketulusan untuk mendoakan orang lain dan turut bahagia dengan kebahagiaan orang lain.

Aamiin…

Dalam Tangisku

Hai kamu.. sandaran hatiku…

Pada suatu hari, atau suatu saat pasti akan kau temui ku dalam berurai air mata. Mungkin kamu akan bingung. Kamu akan bertanya kenapa menangis kepadaku.

Bukan. Itu bukan salahmu. Karena kamu memang mungkin tidak tau sebab aku menangis. Dan aku tidak akan selalu memberitahu alasanku menangis kepadamu.

Air mata wanita teramat mudah mengalir tak terbendung. Tapi arti sebuah tangisan tidak selalu tentang kesedihan. Ada saatnya rasa haru, syukur, bahagia berbentuk air mata.

Sayangnya aku tidak bisa berbohong. Tidak dengan kata-kata, tapi tercermin dari sikap. Maaf, jika aku banyak merepotkan. Maaf jika aku terlalu kekanak kanakan.

Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku saja. Aku tau drama kehidupan memang tidak akan pernah usai. Tapi aku tidak ingin menyalahkan keadaan. Aku hargai setiap proses dalam hidupku. Selagi itu bisa membuatku lebih baik.

Aku memang suka menangis. Karena saat itu aku bisa jujur dengan diriku sendiri. Aku biarkan saja air mata mengalir deras di pipi. Tidak ku tahan.

Setelah menangis, hatiku pun berangsur tenang.

Aku bisa kembali tersenyum. Meski kadang, ada bagian lain yang berubah. Jarak dan batas yang tercipta agar aku lebih berhati-hati lagi. Pada apa yang menjadi sebab aku menangis.

Aku ingin belajar dewasa. Tapi aku tidak bisa untuk tidak menangis. Entah dalam kesendirian atau dihadapanNya.

Biarkan. Tolong biarkan aku sejenak.

Aku janji akan berusaha membaik dan lebih baik esok.

Membungkus Ragu

Sebelumnya maaf, malam ini aku ingin bercerita. Bercerita tentang sedikit perasaanku yang ku simpan rapi di hatiku. Cerita tentang perasaanku, kamu, dan kita. Cerita yang masih menjadi misteri karena sejatinya semua yang kurasa belum terjadi.

Hai kamu, iya kamu..

Suamiku..

atau Calon Suamiku…

Boleh aku tanya sesuatu padamu?

Bagaimana sebenarnya perasaanmu padaku?

Sungguh aku tidak berani beranggap apapun. Adakah bahagia dihatimu? Bahagia saat bersamaku. Bahagia melihatku bahagia. Bahagia yang jadi salah satu niat tulusmu untukku.

Tahukah kamu?

Betapa banyaknya hal yang ingin kusampaikan kepadamu. Berbagi perasaan dan harapan kepadamu. Berbagi cerita dan cita-cita denganmu.

Salahkah perasaanku ini? Dosakah inginku ini?

Tapi seketika ada satu pikiran yang terlintas di kepalaku.

Maukah kamu mendengarkanku?

Maukah kamu belajar memahamiku?

Jika bukan kamu siapa lagi tempatku bersandar sebagai teman hidup. Siapa lagi teman berbagi rasa sebagai sepasang kekasih.

Kekasih yang halal.

Apa kamu tau betapa rapuhnya hatiku saat kamu memarahiku? Apalagi sampai kamu katakan dengan nada yang tinggi, tidak tau akan jadi apa hatiku ini.

Aku hanya bisa menangis. Dan sekarang aku ingin menangis. Aku sedang menangis.

Boleh?

Biasanya setelah menangis, hati dan pikiranku menjadi lebih baik. Mungkin menumpahkan air mata tidak menyelesaikan masalah. Tapi menjadikan perasaan lebih baik.

Satu pesanku.

Cintai aku karena Allah. Karena iman dan takwamu kepadaNya.

Kekurangan dan kelebihanku. Keburukan dan kelemahanku. Dan lebih banyak lagi keterbatasanku.

Jangan menyerah yaa.. Jadi pemimpin yang kuat, sabar, dan bijaksana.

Doaku semoga kita bisa saling mengisi. Saling melengkapi satu sama lain. Begitupun denganku, doa yang sama agar hanya denganmu saja hidup dan mati. Sebagaimana Gusti Allah menghendaki.

Jika Ia yang pilihkanmu untukku, Ia yang dekatkan kita, Ia yang satukan kita, Ia pula yang akan pisahkan kita untuk dipertemukan kembali di surgaNya kelak.

Maaf atas segala kurangku.

Maaf atas ketidaksempurnaanku.

Jadilah teman hidup yang mau saling bertumbuh dan saling belajar yaa..

Saling menasihati saat salah satu diantara kita lalai.

Saling menyemangati dalam kebaikan.

Saling mengingatkan dalam beribadah.

Saling membersamai dalam meraih RidhoNya.

Saling bekerja sama dalam menjalani lika liku hidup ini.

Saling belajar memahami satu sama lain.

Saling berusaha membahagiakan satu sama lain.

Saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

Bawa aku dalam setiap doamu.

Ingat aku saat kamu mengingat Allah.

Teruntuk,

Calon suami #M_A

Sepenggal Kisah

Ingin sekali kutuliskan sepenggal kisahku yang akan jadi sejarah nantinya. Kisah yang kunamakan takdir cinta. Takdir yang telah Allah rancang untukku.

Pada akhirnya nanti dan saat ini , yang kumohon adalah berkah dan ridhoNya Allah. Semakin mendekatkan diri kepadaNya. MencintaiNya. Meningkatkan iman dan keyakinan diri terhadapNya. Dan Semakin bersyukur atas segala nikmatNya.

Sabar…

Mungkin aku yang tidak sadar telah menaruh harap kepadamu.

Mungkin aku yang kurang paham akan arti proses ini.

Mungkin aku yang terlalu tergesa akan inginku selama ini.

Parahnya, untuk bertanya saja aku tak punya nyali.

Ku kira proses ini tidak akan memakan waktu lama, nyatanya sampai sekarang justru tak ada progress apa-apa. Agaknya aku memang harus lebih bersabar lagi. Dengan tetap berprasangka baik tanpa berekspektasi tinggi.

Memang tidak ada yang tau hari esok akan bagaimana bukan? Dan sudah semestinya segala pinta, doa dan harapan kita sandarkan kepadaNya.

Aku harusnya sadar , terus berharap dan berdoa kepada Allah. Karena Allah pasti beri yang terbaik di waktu terbaik.

Kepastian dan Keberanian

Bicara perempuan memang tidak akan ada habisnya. Kesenangannya, kesedihannya, moodnya, maunya, manjanya, malasnya, egonya, ambisinya, pikiran yang berlebihan dan perasaan yang sangat mudah berubah.

Itulah yang aku rasakan sekarang. Dalam hitungan detik , moodnya bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Sebenarnya sudah dari semalam gejala ini muncul. Iya. Aku tau sebabnya. Pertanyaan ibu kemarin yang membuat pikiranku berkelana kemana-mana. Menelisik dalam hati dan pikiran akan kemungkinan dan terkaan yang dibuat sendiri.

Baik. Terlalu panjang yah 😉

“Jadi, kapan kamu mau memberikan kepastian kepadaku, Mas?”

Satu kalimat pertanyaan itu sudah cukup mewakili perasaanku saat ini.

Pertanyaan yang ditunjukkan dengan sebuah pernyataan atau terkaan oleh Ibuku. Jujur. Aku masih belum bisa tidak terpengaruh oleh orang lain. Terlebih itu adalah orang tuaku sendiri. Dukungan dan restu mereka yang sangat aku butuhkan.

Aku mencoba memahami dari sudut pandang mereka, mungkin mereka juga sama-sama mengharap kepastian. Benarkah dia akan serius denganku? Kok sampai saat ini dia gak ngomong apa-apa. Kok diem-diem baee. Hmmm. Karena kami dari pihak perempuan yang masih memegang prinsip bahwa wanita bisanya menunggu dan menerima. Bukan bertanya atau bahkan meminta. Mungkin, yang mereka pikirkan lebih banyak dan panjang. Pasti. Disini bukan hanya aku, tapi juga berkaitan dengan adikku. Yang kesemuanya perlu dipikiran dengan matang. Jika saja kepastian itu sudah ia berikan mungkin kedepannya mereka akan lebih jelas dalam mengambik sikap maupun memikirkan segala sesuatunya.

Jika. Kata jika itu yang menimbulkan banyak asumsi negatif dalam pikiran kita. Sebenarnya, pertanyaan yang sama juga sudah ada dalam hatiku tapi aku berusaha untuk bersabar dan berprasangka baik. Karena, tanpa sadar aku sudah mengharapkan sesuatu dari manusia bukan dari Allah. Karenanya aku ingin memantapkan lagi keyakinanku. Meski saat ini aku tidak bisa berbohong bahwa aku bimbang karenanya.

Ya Allah, berikan aku kesabaran untuk menanti ketetapanMu. Sesungghuhnya Engkau lebih mengetahui yang terbaik untukku. Yang akan Kau berikan di waktu terbaik menurutMu.

Ya Allah, berikan kami kelapangan, hati yang hanya bersandar kepadaMu agar tidak kecewa hati kami. Hatiku, hati bapak dan Ibu kami.

Ya Allah, berikan kedua orangtuaku kesehatan, kebahagiaan, kemudahan dalam segala urusan, dan kelancaran rizki.

Ya Allah, jagalah hatiku. Aku takut menjatuhkan cintaku pada yang belum halal untukku. Aku tiada hak untuk itu. Aku titipkan cinta kepadamu dan meminta cinta itu kepadaMu. Agar Kau anugeragkan cinta itu di waktu yang tepat , saat aku sudah menyandang status istri. Saat dimana akad itu terucap nantinya.

Ya Allah, aku mempercayainya dengan percaya kepadaMu. Tolonglah hamba yang lemah ini. Jangan biarkan kesedihan dan kalut menyelimuti hati dan pikiranku. Bantu aku untuk bangkit dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untukku dan orang-orang disekitarku.

Ya Allah, berikan hambaMu ini kesabaran jika memang belum waktunya. Bantu hamba untuk mempersiapkan semuanya. Memperbaiki kekuranganku, menimba ilmu, dan berusaha serta meluruskan niatku.

Aku percaya janjiMu. Aku berlindung kepadaMu dari hati yang lemah dan kikir. Astaghfirullohal adzim..

Ya Allah jagalah kedua orangtuaku, jaga hati dan pikirannya, jasmani dan rohaninya, iman dan agamanya.

Ya Allah, hanya padaMu aku memohon. Hanya kepadamu aku berserah.

Lahaula wala quwwata ila billahil aliyyil adzim…

Jalani, Nikmati..

Hari berganti, genaplah sekarang menjadi satu bulan. Satu bulan sejak aku memutuskan untuk memilihmu. Dengan segenap doa, harapan dan usahaku untuk memantapkan niatku.

Segala Puji Bagi Allah. Semuanya mudah bagiNya. Seperti halnya membolak balikkan hati manusia. Hatiku dan aku yang tidak ingin terjebak oleh rasa yang semu. Jika cinta tak harus memiliki, jika rasa tak harus berbalas maka bukan untuknya cinta bertemu. Bagaimana aku tau jika rasaku benar dan baik untukku. Sedang Allah lebih mengetahui yang terbaik untukku. Ku serahkan semua padaNya.

Setiap kali ku ingat akan janjiNya yang selalu ditepati, akan kasihNya yang tak terbatas, seketika itu air mataku tak mampu kubendung lagi. Maka, usahaku untuk menerima dan mencintaimu adalah usahaku untuk mendekat kepadaNya. Kepercayaanku untuk memilihmu adalah keyakinanku pada KuasaNya. Pada janjinya yang tak pernah mengecewakan.

Setiap ragu perlahan gugur, karena semestinya aku yang harus memperbaiki diriku sendiri. Belajar dan terus belajar untuk mempersiapkan bagaimanapun nantinya sosok kamu yang akan aku hadapi, yang akan menjadi teman hidupku.

Jujur dalam lubuk hati yang paling dalam ada harapan mungkin hampir menjadi khayalan untuk bisa dicintai, dikasihi, dihargai, dan dihormati sebagai seorang wanita. Sebagai seorang istri nantinya. Mendapatkan perlakuan dan perkataan yang manis sebagaimana kodrat wanita yang selalu ingin diperlakukan dengan lembut.

Namun, aku urungkan itu semua. Karena bisa jadi, syetan yang akan menuntunku pada imajinasi yang menyesatkan. Yang akhirnya justru akan mengecewakan. Aku ingin membawanya dalam setiap doa. Memintanya lewat sang Maha Cinta.

Jika sosok itu kamu, dan semoga itu kamu.

Lahaula wala quwwata ila billahil aliyyil adzim…

Sekarang jalani dan nikmati setiap prosesnya. Aku percaya takdir Allah tak pernah salah.

Kamukah orangnya?

Aku masih di fase menerimamu. Menerima takdir Nya. Meyakini kembali bahwa pilihan terbaik yang Allah beri adalah kamu.

Belum. Mungkin saat ini belum. Karena aku dan kamu belum menjadi kita. Bukankah segala sesuatu bisa saja terjadi bukan? Meskipun bukan hal buruk yang diinginkan.

Tetapi kehadiranmu dan keseriusanmu mengisi ruang di hati dan pikiranku. Mempertimbangkanmu, menerimamu sepenuh hati, dan memilihmu menjadi imamku memang masih menjadi sesuatu yang aku usahakan saat ini.

Bukankah keyakinan itu muncul tanpa paksaan? Bukankah keyakinan tak diminta. Tapi sekarang sedang kucari memang. Melalui beberapa literasi dan doa-doa yang kupanjatkan selesai solat.

Maka jika Allah hadirkan kamu dalam hidupku, maka sudah sepantasnya aku meyakini bahwa kamulah yang terbaik. Tidak ada yang lebih baik selain kamu.

Ini yang terbaik.

Menepi

Hidup dengan segala hiruk pikuknya, terkadang membuat hati ingin sejenak menepi. Dari keadaan, pikiran, hati dan tempat yang turut menyesakkan. Bukan bermaksud untuk lari dari kenyataan. Tapi menepi adalah cara mengistirahatkan pikiran, menenangkan hati, menetralisir suasana, dan mendamaikan keadaan.

Ada banyak ingin dalam hati yang belum mampu kugapai atau sekedar kuutarakan. Ada perasaan yang ingin kuluahkan, melepas resah, mengurai satu per satu rasa di setiap sudut hati. Jika dengan bicara dengan diri sendiri adalah cara terbaik untuk berdiskusi. Aku ingin mulai saat ini, aku ukirkan percapakanku melalui sebuah tulisan.

Tidak peduli dengan diksi atau apapun tentang kaidah menulis yang baik. Hanya ingin membagikannya disini. Namun jauh di lubuk hati, aku ingin suatu hari bisa membuat sebuah karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang dan memberikan manfaat bagi pembacanya. Proses. Itu sudah pasti. Tapi aku yakin, satu per satu mimpiku akan terwujud.

Sedikit pengalaman yang kupunya akan kujadikan bekal untuk aku menulis. Terutama setiap hal dalam hidupku yang ingin kujadikan suatu pembelajaran untukku maupun untuk orang lain. Semoga aku mampu, mau belajar, semangat belajar, mau memperbaiki diri, mau menerima kritik, dan pantang menyerah.

Seperti ini, caraku menepi. Membuat karya, mengukir sejarah, mengabadikan setiap rasa yang sudah maupun akan berlalu.

Terimakasih.